Sabtu (11/6) 2011 lalu bersama rombongan Railfans dari kawasan Tanah Abang, Bintaro, Serpong, Parung Panjang, Rangkas Bitung dan Merak ini mengnjungi stasiun Sasaksaat, Bandung. Dengan ketinggian stasiun +541M dpl serta posisinya yang dikelilingi pegunungan dan perbukitan membuat Stasiun Sasaksaat ini sangat digemari semua kalangan Pecinta Kereta Api di Pulau Jawa dan Sumatra. Keberangkatan diawali dari Stasiun Gambir. Menggunakan Kereta Api Argo Parahyangan memang sangat tepat untuk mengunjungi Stasiun Sasaksaat. Kurang kebih ada 10 orang yang ikut meramaikan perjalanan ke kawasan tersebut. Usia memang bervariasi, mulai dari kalangan pelajar, mahasiswa hingga pekerja. Antusias dan kesenangan tampak terlihat dari wajah mereka. Wajar saja, ada beberapa dari mereka baru pertama kali mengunjungi stasiun yang terkenal eksotik akan pemandangannya dan jalur kereta api yang menarik ini. Perjalanan dimulai ketika mendengar suara siulan PPKA memberikan Semboyan 40 pukul 16.15 WIB pertanda bahwa KA Argo Parahyangan mulai meninggalkan Stasiun Gambir menuju Bandung.
Foto bersama dengan PPKA Stasiun Gambir sebelum keberangkatan menuju Sasaksaat
Keramaian pun masih terjadi sepanjang perjalanan di Kereta Api Argo Parahyangan kelas bisnis ini. Tertawa, bercanda dan saling bersuka cita memang menyenangkan rasanya bila pergi bersama-sama. Kurang lebih 2 jam perjalanan, kami pun sampai di Stasiun Sasaksaat. Udara dingin yang menyelimuti kawasan Sasaksaat memang sangat sejuk dan cukup dingin. Suasananya yang sepi membuat kami sangat tenang dan merasa relax. Cukup untuk menghilangan kepenatan di Ibukota Jakarta. Ketika sampai di stasiun, kami bergegas untuk meminta ijin kepada PPKA setempat. Setelah meminta ijin, waktu masih belum begitu larut. Kami pun mencoba untuk berjalan-jalan dimalam hari menuju Terowongan Sasaksaat yang terkenal bersejarah. Tak semua rombongan yang ikut ke terowongan itu. Setibanya disana, kami pun bertemu 2 orang petugas JPTw (Penjaga Terowongan). Sempat kami berbincang-bincang sembari menunggu kereta api yang melintas keluar masuk terowongan dimalam hari. Setelah berbincang-bincang kami pun mendengar suara deru dan klakson (Semboyan 35) lokomotif yang melengking dari arah barat menuju terowongan. Sontak kami mencoba untuk memotret dalam kondisi yang sangat gelap. Suara tersebut adalah suara lokomotif yang membawa rangkaian KA Argo Parahyangan dari arah Jakarta menuju Bandung. Hmm... hasilnya memang belum memuaskan, mungkin karena kondisi gelap jadi objek yang ditangkap kamera tidak begitu fokus. Setelah KA Argo Parahyangan melintas, sebelum beranjak menuju stasiun, tak ketinggalan untuk memotret di depan terowongan yang dibangun pada tahun 1902-1903 ini.
Teman-teman Pecinta Kereta Api tiba di Stasiun Sasaksaat
Berfoto di belakang Terowongan Sasaksaat yang bersejarah
KA Argo Parahyangan dari Jakarta (Gambir)
Malam semakin larut kami pun sesegera mungkin untuk beristirahat karena kondisi yang cukup lelah mulai terasa di sekujur tubuh. Sekaligus mengumpulkan energi agar besok pagi kondisi bisa prima untuk memotret kereta api.
Minggu (12/6) 2011 tepat pukul 06.00 WIB udara dingin sangat menusuk ketika kami terbangun dari tidur. Kabut tebal yang menyelimuti stasiun sangatlah terlihat. Ingin mandi pun harus berfikir dua kali. Karena air bersih kami temui di pemandian umum yang dikelilingi persawahan sangat dingin. Namun, beberapa dari mereka nekat untuk membasahi tubuhnya pada kondisi yang sangat dingin. Lokasi pemandian memang tak jauh dari stasiun. Pemandian umum tersebut dialiri oleh air yang sangat jernih dari pancuran yang mengalir dari mata air pegunungan. Saya pun ingin merasakan kesegaran air tersebut. Setelah semua mandi, kami pun bergegas untuk sarapan pagi di warung yang berada di depan stasiun Sasaksaat dan di dalam ruang tunggu stasiun.
Membersihkan diri di Pemandian Umum
Pukul 08.00 WIB kita menuju ke lokasi pemotretan yang eksotis, yaitu jembatan Cikubang yang terkanal memliki panjang kurang lebih 400 meter dan kedalaman kurang lebih 50 meter. Ya, jembatan kereta api aktif ini memang terkenal sangat panjang. Ada 16 shelter yang berada di kanan dan kiri jembatan. Shelter tersebut berguna untuk petugas JPJ (Juru Penilik Jalan) yang tugasnya memeriksa kondisi jalur KA sepanjang jembatan. Selama 2 jam kami memotret KA yang melintas di jembatan tersebut. Mencari tempat untuk memotret memang sudah dipikirkan oleh teman-teman Railfan ini. Ada yang diatas bukit, disamping jembatan dan ada juga yang berada di semak belukar karena mereka sudah mengetahui spot yang cocok untuk mengabadikan Ular Besi menyebrangi jembatan. Selain Jembatan Cikubang ada juga Jembatan Cirangrang. Jembatan ini cukup dekat dengan Jembatan Cikubang, yang panjang kurang lebih 100-200 meter. Namun ketinggian tak lebih dari 50 meter.
KA Argo Parahyangan (Bandung - Jakarta) melintas Jembatan Cikubang
KA Lokal (Cibatu - Purwakarta) melintas Jembatan Cikubang
Rangkaian KA Barang Petikemas (Kontainer) melintas Jembatan Cirangrang
Foto bersama didekat Jembatan Cikubang
Setelah asyik dan puas memotret kereta api melintas di Jembatan Cirangrang dan Cikubang, kami pun bergegas kembali ke stasiun. Cukup lelah memang, karena kondisi pada waktu itu sangat cerah dan agak panas. Bergegas kami mencari minuman segar jika melihat warung. Tak sengaja kami pun melihat warung yang berjualan es kelapa muda. Apalagi posisi warung dekat dengan Jembatan KA Cirangrang. Sambil kami meminum es kelapa, kami pun bisa melihat kokoh dan indahnya pemandangan Jembatan KA Cirangrang.
Lelah pun terobati dengan meminum es kelapa muda dengan latar belakang Jembatan KA Cirangrang
Tak terasa hari menjelang siang. Kami pun bergegas untuk pulang ke Jakarta. Berat hati rasanya meninggalkan stasiun yang terkenal keindahan panorama pemandangannya ini. Tapi apa daya, aktifitas masing-masing membuat mereka wajib untuk melaksanakannya. Sebelum perpisahan mereka tak lupa untuk berfoto bersama Kepala Stasiun dan PPKA yang kebetulan ikut meramaikan suasana.
Foto bersama dengan Kepala Stasiun Sasaksaat (Pak Ardi) yang kebetulan hadir di hari Minggu
Foto bersama dengan PPKA Stasiun Sasaksaat (Pak Eman)
BLB (Berhenti Luar Biasa) di Stasiun Sasaksaat karena membawa rombongan 10 orang
Pukul 12.20 KA Argo Parahyangan memasuki Stasiun Sasaksaat. Beregas kami segera naik dan pulang ke Jakarta. Pukul 15.18 kami tiba di Jakarta (Stasiun Gambir). Sebelum pulang kerumahnya masing-masing, tak lupa kami berfoto bersama kembali dengan memamerkan Tiket KA Pasepartu yang dibeli dari Stasiun Sasaksaat.
Sebelum pulang kerumah, foto bersama dulu